Masyarakat di sekitar Pabrik Gula Madukismo (disingkat PG Madukismo) tentu tidak asing lagi dengan perayaan Cembengan, yaitu berbagai macam agenda kegiatan dengan puncak acaranya yakni Upacara Kirab Manten Tebu yang diarak dari depan Gedung Maducandya mengelilingi komplek pabrik. Upacara ini dimaksudkan untuk meminta keselamatan dan hasil gula yang baik. Upacara Cembengan ini biasanya dilaksanakan pada bulan April dan dijadikan sebagai tanda dimulainya musim giling-suling. Selain Ritual Tebu Manten, terdapat juga upacara penghormatan terhadap pabrik gula yang berupa prosesi Ruwatan Mesin Pabrik, Slametan Giling, pagelaran wayang kulit dan pasar rakyat. Acara ini merupakan tradisi yang sudah berlangsung selama puluhan tahun semenjak PG Madukismo diresmikan Presiden Sukarno pada tahun 1958.
Sejarah Cembengan
Tradisi Cembengan sebenarnya merupakan tradisi warga Tionghoa, yaitu tradisi Cing Bing. Cing Bing merupakan tradisi ziarah yang dilakukan oleh masyarakat Tionghoa ke makam leluhur mereka sebelum melaksanakan karya besar. Tradisi Cing Bing ini biasanya dilakukan oleh orang-orang Tionghoa yang bekerja di PG Madukismo. Perkembangan kemudian bukan hanya warga Tionghoa yang melakukan tradisi ini, masyarakat lokal pun turut andil di dalamnya. Masyarakat lokal menyebut tradisi ini dengan Cing Bing-an, yang kemudian populer dengan istilah Cembengan, karena kata Cing Bing-an sulit dilafalkan oleh orang Jawa.
Prosesi Ritual Tebu Manten
Tebu Manten |
Menurut berbagai sumber, menikahkan sepasang tebu mengandung makna bahwa pasangan tersebut akan membentuk keluarga yang damai dan sejahtera. Makna yang lebih jauh perkawinan tersebut adalah bentuk kerja sama yang baik antara perusahaan dan para petani tebu.
suasana kirab tebu manten |
Setelah para petani menyerahkan pengantin tebu secara simbolis kepada pihak pabrik, acara dilanjutkan dengan doa bersama untuk memohon keselamatan. Sepasang Manten Tebu diletakkan di mesin penggiling. Pasangan inilah yang akan digiling pertama kali ketika proses penggilingan tebu dilakukan. Di sebelah mesin berbagai jenis sesajen digelar berjajar-jajar. Sesajen tersebut berupa dua kepala sapi yang dikubur dekat mesin penggiling, serta tumpeng, ingkung (sekarang diganti dengan ayam bakar), dan buah-buahan sebanyak 40 (empat puluh) buah. Jumlah ini melambangkan jumlah unit kerja yang ada di PG Madukismo.
aneka sesaji dari masing-masing unit kerja |
kepala lembu yang bakal di tanam |
LOKASI
|
---|
Upacara ini di laksanakan di kompleks Pabrik Gula Madukismo yang berada di Desa Padokan, Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul, Yogyakarta. Untuk lebih jelasnya silahkan lihat disini. |
---|
dari berbagai sumber |
---|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar