Minggu, 30 Desember 2012

Gowes To Pleret & Kisah Gunung Permoni



Anda termasuk penyepeda yang suka dengan wisata sejarah?
Atau anda termasuk pecinta sejarah?

Patut di tuju tempat yang satu ini, namanya Gunung Permoni atau juga Gunung Rasamuni. Kami awalnya mengetahui keberadaan tempat ini setelah membaca artikel dari jogja.mblusuk.com. Mungkin kesan pertama yang anda rasakan ketika sampai di tempat ini adalah kecewa. Kenapa? karena Gunung Permoni ini sebenarnya bukanlah "Gunung" melainkan bukit kapur yang sudah hampir rusak karena adanya penambangan batu kapur. 

Bahkan mungkin anda juga akan kecewa karena petilasan-petilasan yang ada sangat tersembunyi, jadi kita harus sangat jeli untuk menemukannya. Kamipun sampai berungkali melewatkan situs-situs yang menarik. Oh iya, sedikit info, untuk masuk tempat tersebut tidak dikenakan biaya sepeserpun. Karena di tempat tersebut memang tidak ada pengelolanya.

Dimana itu Gunung Permoni?
Jembatan Gantung 

Untuk ke Gunung Permoni rutenya mungkin agak sedikit rumit jika anda malu untuk bertanya-tanya kepada penduduk sekitar.
Jika anda melalui Jalan Parangtritis dari arah utara, langsung saja menuju ke pertigaan Tembi, lurus sedikit ada pertigaan, ambil ke arah kiri. Lurus saja sampai menuju Stadion Sultan Agung Pacar, lurus lagi menuju arah Pasar Jejeran, sehabis Pasar Jejeran ada perempatan kecil yang di sebelah utaranya ada lapangan, belok ke arah kanan.

Ikuti jalan tersebut sampai perempatan kecil (jika anda tidak jeli pasti terlewatkan), ambil arah ke kanan sampai melewati Jembatan Gantung. Sehabis jembatan gantung anda akan menemui pertigaan, ambil arah kanan (jalan menanjak), ikuti saja jalurnya sampai ada pertigaan kecil ambil ke arah kanan, di situlah Gunung Permoni berada. Jika masih bingung silahkan klik disini.






Sejarah Gunung Permoni dan Petilasannya
Bukit ini oleh para sejarawan diduga dulunya adalah benteng atau tanggul alami bagi danau buatan yang disebut Segarayasa yang dibangun dengan cara membendung Sungai Opak yang ada di sebelah timur Pleret. Danau buatan ini dibangun pada masa pemerintahan Sultan Agung kemudian dilanjutkan oleh Sunan Amangkurat I. Bukit ini juga diduga merupakan bagian Tamansari dari Keraton Mataram Pleret.

Kisah Kuda Sembrani
Dahulu ketika Sultan Agung berkuasa atas Kerajaan Mataram, Beliau mendapat petunjuk gaib untuk mempekerjakan seorang abdi bernama Ki Bodho.

Kemudian Sultan Agung memerintahkan abdi-abdinya untuk mencari Ki Bodho. Akhirnya ditemukanlah Ki Bodho tersebut dan disuruhlah untuk menghadap Sultan Agung. Pada mulanya Ki Bodho menolak ketika Sultan Agung meminta dirinya menjadi abdi. Namun setelah dibujuk-bujuk pada akhirnya Ki Bodho bersedia menjadi abdi dalem Kerajaan Mataram.

Sultan Agung
Sultan Agung kemudian meminta saran Ki Bodho untuk menyejahterakan Kerajaan Mataram. Ki Bodho pun mengusulkan agar Kerajaan Mataram memelihara seekor Kuda Sembrani. Konon Kuda Sembrani hanya terdapat di Mekkah. Namun karena Sultan Agung memang sangat sakti akhirnya didapatkanlah Kuda Sembrani tersebut. Sejak saat itu, Ki Bodho ditugaskan untuk merawat Kuda Sembrani tersebut.

Suatu saat, Kuda Sembrani itu lolos dari kandangnya. Gusti Ratu Puteri (permaisuri Sultan Agung) mengetahuinya dan kemudian berlari mengejarnya. Namun, karena Kuda Sembrani itu lincah dan bisa terbang, maka Gusti Ratu Puteri tidak sanggup mengimbanginya. Dan juga saat itu Gusti Ratu Puteri sedang hamil.

Di dekat sebuah gunung, Gusti Ratu Puteri menghentikan larinya. Di tempat itu pula gugurlah kandungannya. Gusti Ratu Puteri sedih bukan kepalang. Di tengah kesedihannya, muncullah seorang wanita cantik yang memperkenalkan dirinya sebagai Ratu Permoni. Ia menjanjikan bisa menangkap kembali Kuda Sembrani asalkan Gusti Ratu Puteri dapat memenuhi permintaannya.

Tanpa berpikir panjang, Gusti Ratu Puteri meloloskan permintaan dari Ratu Permoni. Oleh Ratu Permoni, diperintahkannya Gusti Ratu Puteri untuk kembali ke keraton Mataram. Sesampainya Gusti Ratu Puteri di keraton, Beliau terperanjat karena Kuda Sembrani yang dikejarnya telah terikat di kandang.

Ternyata wanita cantik yang mengaku sebagai Ratu Permoni tersebut adalah Ratu Pantai Selatan. Dan permintaannya adalah menjadi istri dari Sultan Agung (dan mungkin seluruh raja-raja Kerajaan Mataram).




Ada apa saja di Gunung Permoni?
Ada bermacam-macam petilasan yang ada di Gunung Permoni, yang dapat kami temui diantaranya adalah Watu Banyu Tetes dan Watu Tapak Jaran Sembrani/Watu Sembrani. Namun masih ada petilasan selain kedua situs tersebut, yaitu Watu Panah, Watu Payung, Watu DamarWatu TumpengWatu SepurWatu Amben, dan Cungkup Kama Sultan Agung. Sayangnya Watu Tumpeng yang dimaksud kini sudah tidak ada lagi, dikarenakan aktivitas pertambangan batu kapur di daerah ini. Untuk keterangan situs-situs tersebut bisa dilihat di www.tembi.net (petilasan gunung permoni part 1) dan www.tembi.net (petilasan gunung permoni part 2) 

Situs Watu Banyu Tetes yang sudah tidak mengeluarkan air lagi
Watu Banyu Tetes
Disebut Watu Banyu Tetes dikarenakan dahulunya di batu tersebut terdapat sebuah lubang yang mengeluarkan air, konon dahulu di tempat tersebut adalah tempat Kuda Sembrani minum air.

Menurut kepercayaan masyarakat sekitar, air yang keluar dari batu tersebut dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit dan membawa berkah. Namun Watu Banyu Tetes tersebut semenjak gempa yang mengguncang Yogyakarta pada 27 Mei 2006 lalu sudah tidak lagi mengeluarkan air lagi.











Mejeng di Watu Sembrani dulu ah....
Watu Tapak Jaran Sembrani/Watu Sembrani
Disebut Watu Tapak Jaran Sembrani karena konon dahulunya lubang-lubang yang ada pada batu tersebut adalah bekas pijakan dari telapak kaki Kuda Sembrani ketika akan terbang. Dan cekungan besar yang ada di paling atas batu tersebut konon dulunya adalah tempat Kuda Sembrani tersebut terjatuh, versi lain mengatakan bahwa di situlah "komboran" (tempat makan/minum kuda -red) dari Kuda Sembrani.

Menurut kepercayaan warga sekitar, jika anda memiliki anak yang masih saja belum bisa berjalan padahal di usia normalnya harusnya sudah bisa berjalan. Maka jika anak tersebut ditetah (di ajari berjalan -red) dengan ditapakkan di bekas lubang tapak kuda sembrani tersebut, dalam waktu sebentar si anak tersebut akan bisa berjalan pelan-pelan.






Selain petilasan-petilasan di atas, tempat tersebut juga cocok untuk sekedar refreshing ataupun hunting foto bagi pecinta fotografi. Pemandangan yang disuguhkan juga tidak kalah menarik dari pemandangan di atas Bukit Sendangsari.
pemandangan dari atas Gunung Permoni
menikmati indahnya pemandangan
Namun sayang sekali tempat tersebut kini sudah semakin rusak dikarenakan aktivitas penambangan batu putih yang menjadi-jadi. Kadang kala kamipun melihat sampah-sampah yang berserakan di beberapa tempat.
bukit yang rusak akibat pertambangan batu putih
Di sebelah barat Gunung Permoni ini juga terdapat komplek makam yang tergolong tua, namun sayangnya komplek makam tersebut sangat tidak terawat sehingga rumput-rumput liar tumbuh tinggi dan hampir menutupi makam-makam yang ada di komplek tersebut.
Komplek Makam Tua
Oh iya, di Gunung Permoni ini juga terdapat Goa Permoni yang konon terdapat ikan keramatnya. Gunung Permoni ini juga sangat dekat dengan Goa Sleman.



Galeri Foto Gowes To Pleret
melewati Pasar Jejeran
Makanan Wong Ndeso Tempo Dulu ?
masuk jalan kampung
di tengah-tengah ladang tebu
narsis di Jembatan Gantung
jalan menanjak ke arah Gunung Permoni
bertanya pada penduduk sekitar
isi perut dulu sembari menikmati indahnya hamparan sawah hijau

Senin, 10 September 2012

Permainan Tradisional VS Game Masa Kini


Bagi anda yang lahir di awal era 90-an pasti pernah memainkan atau setidaknya mendengar permainan tradisional seperti EngklekGobak Sodor, Patek Lele(benthik), Jek-jek'an, Paksekong, dan lain sebagainya. Di zaman tersebut setiap sore pasti anak-anak mulai berkumpul di tanah kosong, lapangan, ataupun di tempat-tempat yang di rasa enak untuk memainkan permainan-permainan tersebut. Namun hanya dalam waktu singkat, hanya berselang 10 tahun-an saja permainan itu mulai punah. Kini hampir semua anak-anak yang usianya di bawah 10 tahun ketika ditanyai tentang permainan-permainan tersebut pasti akan menjawab tidak tahu atau belum pernah mendengarnya. Permainan yang dulu sangat akrab di kehidupan anak-anak tersebut kini mulai tergantikan oleh permainan-permainan modern seperti PS(Play Station), Nintendo, Sega, dan game-game on line di internet.

Point Blank Lover's

Gamers Sejati ( Serius Banget Kayaknya... -_-" )

Sebenarnya apa sih yang menyebabkan permainan-permainan tradisional tersebut bisa punah? Ada beberapa faktor yang menyebabkan hilangnya permainan asli bangsa kita tersebut.

Diantaranya:
  1. Masuknya teknologi-teknologi canggih ke kehidupan anak-anak. yang seharusnya belum saatnya untuk menggunakan teknologi canggih tersebut.
  2. Kurangnya kesadaran dari para orang tua bahwa permainan seperti itu cenderung akan mempengaruhi perkembangan kehidupan anak-anak untuk mencari game yang lebih seru lagi yang pada akhirnya mereka bakal menemukan game-game yang lebih ekstrim.
  3. Kurangnya pengenalan tentang permainan tradisional kepada anak-anak.
  4. Kurangnya minat anak-anak terhadap permainan tradisional.
Padahal permainan-permainan tradisional tersebut adalah hasil karya asli nenek moyang kita sendiri. Budaya yang sepantasnya kita jaga dan kita banggakan.

Salah Satu Permainan Tradisional : "Gobak Sodor"


Jika bukan kita yang menjaganya lalu siapa lagi? Apa harus di klaim oleh negara lain dulu baru kita jaga?
Mari kita jaga budaya yang juga merupakan bagian sejarah dari identitas bangsa kita, bangsa Indonesia.

Jumat, 07 September 2012

Pengamen, Mereka yang bodoh atau kita yang bodoh?


Apa yang anda pikirkan ketika mendengar kata pengamen dan anak jalanan? yang pertama pasti adalah recehan, yang kedua kumuh atau berandalan, dan yang ketiga adalah kasihan. Benar nggak? point pertama dan kedua menurut saya ok, namun point yang ketiga inilah yang harus kita pertanyakan. Kasihan, itulah yang harus kita pertanyakan. Masihkah kita harus merasa kasihan kepada para pengamen dan anak jalanan tersebut? Kenapa saya bertanya demikian? Tentu ada sebabnya, apakah itu?

"Seni Yang Terlantar" atau "Penyalahgunaan Seni" ?
Sedikit curhat dari Penulis 
Dulu ketika saya masih belum tahu mengenai seluk beluk para pengamen dan anak jalanan, sayapun punya rasa kasihan dan sangat ingin memberi sedikit dari uang yang saya punya. Namun ketika saya mulai masuk ke dunia para pengamen ternyata kehidupan yang saya rasakan sangatlah berbeda dari pandangan kebanyakan orang. Ternyata mereka menggunakan uang hasil dari ngamen tersebut bukan untuk keperluan seperti selayaknya orang yang kurang mampu. Justru mereka malah berfoya-foya dengan uang yang telah mereka dapatkan itu. Sebagai contoh saja: mabuk-mabukan, nge-lem, main ke warnet.
Padahal jika saya pikir-pikir, kenapa uang itu tidak mereka gunakan untuk sesuatu yang lebih bermanfaat? Untuk membuka usaha asongan misalnya, bahkan bila sudah cukup modal bisa mereka pergunakan untuk membuka usaha sendiri.

 Beginikah seharusnya mereka menggunakan uang yang mereka dapat?



Pengamen Milyuner ?
Bahkan pernah suatu ketika saya sempat terheran-heran ketika melihat ada seorang pengamen yang sering saya lihat (pengamen ini pelanggan warnet tempat saya bekerja), mengendarai motor yang bahkan lebih bagus dari motor saya sendiri, handphone lebih bagus dari punya saya, bahkan membeli pulsa pun lebih banyak dari saya (disini yang melarat sebenarnya siapa sih?). Nah semenjak saat itu rasa kasihan saya kepada para pengamen dan anak jalanan sangat-sangat berkurang. Saya merasa di bodohi dan di hina dengan tipuan mereka. Memasang tampang yang memelas supaya dapat dikasihani orang-orang. Di sinilah seharusnya kita bertanya kepada diri kita sendiri. Sebenarnya mereka yang bodoh atau kita yang di bodohi?



Jika anda bertanya dimanakah rasa kasihan saya terhadap orang yang kurang mampu, saya bisa memberikan jawabannya. Ini cara saya untuk peduli terhadap orang-orang yang kurang beruntung di bandingkan kita. Dengan cara tidak memberi sedekah terhadap pengamen, anak jalanan ataupun pengemis. Dengan begitu mereka tidak akan meminta-minta kepada kita lagi atau bahasa jawanya tuman. Jika memang kita mau memberi sedekah, pilih dan carilah orang-orang yang benar-benar sangat membutuhkan untuk kebutuhan pokoknya (ingat !! kebutuhan pokok = sandang, pangan, papan). Atau bisa kita berikan ke pihak-pihak yang bertugas mengurus anak terlantar ataupun tuna wisma. Carilah yang terpercaya tentunya, karena seringkali pihak-pihak tertentu menyalah gunakan bantuan yang harusnya menjadi hak mereka yang membutuhkan.

Menghitung Hasil Ngamen
Jika memang anda ingin berpartisipasi mengentaskan kemiskinan di negeri ini, cobalah cara tersebut. Dukung dan dorong mereka untuk bekerja yang lebih layak. Jangan malah membiarkan mereka terlena dengan kehidupan seperti itu. Kehidupan yang hanya menjadi beban negara dan bangsanya.

Jika anda ingin melihat buktinya silahkan datang sendiri ke warnet tempat saya bekerja, RAPTORNET.
Saya yakin pandangan anda terhadap para pengamen dan anak jalanan akan berubah 180 derajat.

Rabu, 05 September 2012

Sendang Ngembel, Peninggalan Yang Terlupakan



Mendengar kata "SENDANG" pastilah akan terpikir kata "MISTIS", "ANGKER", "HOROR", "PESUGIHAN", dan lain-lain. Memang kebanyakan yang namanya sendang sangat identik dengan ritual-ritual seperti: pesugihan, mencari nomor togel, ritual paranormal, dan lain-lain. Begitu juga dengan sendang yang satu ini, namun jika ada yang mendatangi untuk keperluan ritual ataupun ziarah saya yakin hanya satu atau beberapa orang saja (kecuali warga setempat). Mungkin di karenakan sendang ini sangat-sangat asing di telinga masyarakat awam, berbeda dengan sendang Kasihan ataupun sendang Kota Gedhe yang sangat ramai di kunjungi.

Itulah Sendang Ngembel, sendang yang terletak di Dusun Beji Wetan, Desa Sendangsari, Kec. Pajangan, Kab. Bantul, DI Yogyakarta ini sangat vital keberadaannya bagi warga sekitar. Dikarenakan dari sendang inilah sebagian besar pasokan air berasal. Apalagi di sekitar sendang merupakan tanah berkapur yang relatif kering. Menurut sumber setempat, Sendang Ngembel ini tidak pernah kering meskipun pada saat musim kemarau.

Kondisinya?
Narsis dulu ah...
Sendang yang merupakan mata air alami ini ketika kami singgahi masih terlihat sangat asri tanpa adanya dinding beton yang mengelilingi area sendang tersebut. Sendang ini di kelilingi oleh pohon-pohon yang relatif tinggi (kelihatannya sih pohon gayam, lupa sih :p) sehingga menimbulkan suasana sejuk saat disinggahi. Dan jika diperhatikan lagi di sebelah barat daya sendang ini terdapat nggejlik (pintu air) yang digunakan sebagai saluran irigasi ke areal persawahan warga setempat.
 
Di Sendang Ngembel ini terdapat semacam pulau di bagian tengahnya, untuk menuju pulau ini dapat melalui jalan setapak kecil yang terdapat di bagian barat pulau. Di pulau tersebut terdapat tiga buah pohon cemara yang tumbuh tinggi, dan di bagian bawah salah satu pohon tersebut (pohon sebelah selatan) jika dilihat sekilas mirip tempat duduk.




Di tengah pulau tersebut selain terdapat tiga buah pohon cemara juga terdapat sebuah meja batu yang berbentuk bulat dan hanya mempunyai satu tonggak penopang (kaki meja). Jika dipikir dengan logika mungkin meja batu tersebut berfungsi sebagai altar persembahan. Menurut sumber setempat sih meja batu tersebut menjadi penanda bahwa di tempat tersebut terdapat sebuah patok batu yang ditanam di zaman Ki Ageng Mangir berkuasa.
Inikah para "penunggu" altar persembahan Sendang Ngembel ?
benda mirip makam yang terdapat di tengah pulau
Oh iya, di dekat pohon cemara sebelah utara juga terdapat benda yang terbuat dari semen yang jika di lihat-lihat mirip sebuah makam (namun arahnya ke barat). menurut sumber sih tempat itu untuk meletakkan sesaji (kok tempat meletakkan sesajinya banyak banget ya?). Tapi menurut saya hal yang paling menarik adalah adanya pohon kelapa yang mirip orang hamil di sebelah barat sendang.

pohon kelapa yang mirip perut orang hamil

Menurut artikel-artikel lain yang saya baca yaitu tembi.net dan jogja.mblusuk.com di utara sendang ini juga terdapat sebuah bangunan cungkup (rumah kecil) yang digunakan untuk meletakkan sesaji dan tempat bertirakat bagi orang yang sedang berziarah. Dan mitosnya di cungkup inilah bersemayam sang penunggu sendang tersebut, Kyai dan Nyai Beji (dikenal juga dengan nama Kyai dan Nyai Temburu).

SENDANG NGEMBEL DAN LEGENDANYA
cungkup si sebelah utara sendang (foto pinjam dari tembi.net)

suasana dalam cungkup (foto pinjam dari jogja.mblusuk.com)
Sayangnya ketika kami singgah di Sendang Ngembel suasananya tak sebaik yang kami bayangkan. Berbeda dengan apa yang di ceritakan oleh jogja.mblusuk.com. Ternyata keadaannya sangat tidak terawat, air sendang sangat-sangat keruh, banyak terdapat sampah di dalam sendang, dan juga tonggak-tonggak bambu (sepertinya bekas dari karamba).

Keadaan Sendang Ngembel ketika dikunjungi tim SPSS dari jogja.mblusuk.com
keadaan Sendang Ngembel ketika kami kunjungi
Keadaan Sendang Ngembel ketika dikunjungi tim tembi.net
Sejarah
Sendang Ngembel dikenal juga dengan nama Sendang Beji, nama Beji tersebut digunakan untuk menamakai dusun dimana sendang ini berada. nama Sendang Ngembel sendiri ada sejarahnya, dinamakan Sendang Ngembel karena ketika ditemukan air sendang ini keruh bercampur lumpur (dalam bahasa jawa lumpur yang tidak pekat disebut mbel).

Sendang ini pertama kali ditemukan oleh seorang janda setempat yang bernama Nyai Sariti. Temuan Nyai Sariti ini sangat membantu kehidupan warga setempat (khususnya Nyai Sariti sendiri) terutama dalam pemenuhan kebutuhan air. Karena sumur milik Nyai Sariti hampir selalu kering saat musim kemarau tiba.

Acara Syukuran
Menurut tembi.net setiap tanggal 15 bulan Besar selalu diadakan syukuran di Sendang Ngembel. Bentuk syukurannya dengan cara membuat kenduri. Pelaksanaan acara ini biasanya dimulai jam 14.00 WIB. Syukuran wujud kenduri dengan sajian makanan utama berupa tumpeng sega megana ini dilakukan setahun sekali sebagai ungkapan rasa syukur warga atas berkah air dari Sendang Ngembel yang mampu mengairi sawah dalam areal cukup luas.


Senin, 27 Agustus 2012

Mencoba Makanan Kreasi Anak Bangsa, "Tahu Chibi Chibi"


Nongkrong dengan teman, utak-atik komputer, mengerjakan tugas-tugas kuliah, ataupun kegiatan-kegiatan yang tidak butuh tenaga besar memang paling asyik jika ditemani camilan-camilan ringan. Ada berbagai macam camilan ringan yang dapat kita temukan di supermarket atau swalayan-swalayan yang sudah banyak menjamur di berbagai daerah. Namun banyak juga terdapat camilan-camilan yang memang khas asli Indonesia, misalnya saja : emping, rengginang, intip, dll.

Banyak juga camilan-camilan asli Indonesia yang sudah di modifikasi sedimikian rupa sehingga terlihat lebih menarik dan lebih modern. Di sinilah seharusnya kita mengacungi jempol atas kreatifitas anak-anak bangsa yang bisa meramaikan dunia kuliner, sehingga bangsa kita bisa menjadi manusia modern tanpa melupakan makanan-makanan lokal.

Ok sekian dulu sedikit opini dari saya, kita langsung masuk ke inti yang ingin saya ceritakan saja.

Apa itu Tahu Chibi-Chibi?

Tahu chibi-chibi adalah tahu crispy yang digoreng dengan bumbu-bumbu rahasia (maaf tidak bisa disebutkan karena privasi dari sang pemilik resep :p) sampai renyah dan di taburi bumbu-bumbu sesuai selera dari pelanggan. Makanan ini sangat cocok untuk dijadikan camilan ketika kumpul-kumpul bersama teman, keluarga, relasi bisnis, ataupun ketika sendiri (yang lagi galau khususnya). Untuk sekarang tersedia berbagai varian rasa yaitu : BBQ (barbeque), Pedas, Jagung Bakar, Balado, Keju, Nano-Nano (Campur).






Kandungan gizinya bagaimana?

Sudah dijelaskan di berbagai blog dan website-website yang ada, bahwa tahu mengandung protein yang tinggi. 

Pada tahu terdapat berbagai macam kandungan gizi, seperti protein, lemak, karbohidrat, kalori dan mineral, fosfor, vitamin B-kompleks seperti thiamin, riboflavin,  vitamin E, vitamin B12, kalium dan kalsium (yang bermanfaat mendukung terbentuknya kerangka tulang). Dan paling penting, dengan kandungan sekitar 80% asam lemak tak jenuh tahu tidak banyak mengandung kolesterol, sehingga sangat aman bagi kesehatan jantung. Bahkan karena kandungan hidrat arang dan kalorinya yang rendah, tahu merupakan salah satu menu diet rendah kalori.

Di balik kelezatannya, tahu menyimpan khasiat medis tersendiri. Sebuah studi oleh tim medis dari Kanada membuktikan bahwa tahu dapat menurunkan kolesterol jahat dalam tubuh.

Selain menurunkan kolesterol, tahu juga terbukti dapat mencegah kanker payudara. Mereka yang mengonsumsi tahu 25 persen lebih banyak mengalami peningkatan pembentukan estrogen dibanding yang tidak. Tekanan darah mereka juga lebih rendah ketimbang kelompok yang tidak mengonsumsi tahu.

Rahasia khasiat tahu ternyata ada pada kandungan isoflavon yang mengandung hormon estrogen. Selain mencegah kanker payudara, isoflavon juga memperlambat proses penuaan pada perempuan. 

Apakah aman di konsumsi?

Jelas aman, karena dalam pengerjaannya sudah terjamin kebersihannya, baik kebersihan bahan, tenaga kerja, maupun kebersihan alat.

Jika ingin pesan dimana?

Untuk pemesanan sementara hanya bisa untuk wilayah Yogyakarta saja. Gerai yang dibukapun baru di daerah Dongkelan . Lebih tepatnya di selatan Bank BRI unit Niten, Dongkelan, Panggungharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta. Lebih jelasnya klik disini.

Untuk delivery? Maaf baru melayani delivery ke daerah yang dekat dusun Dongkelan saja.

Pemesanan dapat menghubungi sang pemilik gerai sekaligus pencipta “Tahu Chibi-Chibi”

Tomi Arif Pradeta (087839370674)
Tomipradeta  
Tahu Chibi-Chibi
@TahuChibi

Sabtu, 04 Agustus 2012

Bukit Sendangsari, Pemandangan Segar di Balik Hiruk Pikuknya Kota Jogja


Anda termasuk orang yang menyukai hal-hal yang berbau pemandangan alam?
Atau anda orang yang sering stress?
Ingin refreshing tapi tidak mempunyai biaya?
Datang saja ke daerah Pajangan, Bantul, Yogyakarta
di sana banyak suguhan alam yang masih alami dan menyejukkan mata
Salah satunya adalah Bukit Sendangsari (versi saya sendiri, entah orang sana menyebutnya apa)
Tempatnya mudah di jangkau dan sama sekali tidak di pungut biaya sepeserpun dikarenakan tidak ada yang mengelola tempat tersebut


Mungkin tempat ini tak seindah Bukit Bintang, Bukit Hijau BNI, ataupun Kebun Buah Mangunan. Namun untuk orang yang hanya berdompet pas-pas’an tempat ini sudah cukup untuk mengobati rasa stress dan beban yang ada di kepala. Di tempat ini kita bisa melihat pemandangan yang menakjubkan, di sebelah timur ada Pegunungan Sewu, melihat ke selatan kita dapat melihat sekilas luasnya Samudra Hindia, dan di sebelah barat kita bisa melihat perbukitan yang ada di Kabupaten Kulon Progo.Untuk yang hobi hunting foto mungkin tempat ini layak buat di coba. Suasananya masih alami, khas pedesaan, jarang sekali ada suara motor, yang sering terdengar justru adalah suara kicauan burung-burung liar. Namun disamping itu juga terdapat bnyak kekurangannya, yaitu sampah-sampah masih banyak berserakan (mungkin ini ulah para remaja yang sering berpacaran disana ataupun yang sering bolos sekolah). Padahal di sekitar tempat itu tidak ada sama sekali orang yang berjualan.






TIPS untuk berkunjung
jika akan mengunjunginya diharapkan membawa bekal sendiri namun sampahnya jangan di buang di sana, keep safe our earth!!! Ukay bro? oh ya satu lagi sedia payung brooo… soalnya disana tidak ada tempat berteduh, kalau yang tahan dengan berpanas-panasan silahkan saja. Namun waktu yang paling baik adalah ketika matahari udah berada di barat (waktu sore) atau ketika cuaca sedang berawan (bukan mendung lho).
jangan lupa juga jaga keselamatan diri, dikarenakan tempat tersebut berada di pinggir jurang.
Tentunya gak ada yang mau kan berangkat senang senang pulangnya Cuma bawa nama? Jadi saya sarankan sangatlah berhati-hati di tempat tersebut, dikarenakan tidak ada satupun pengelola, seperti yang sudah saya katakan di atas tadi. Mungkin yang ada hanya 1-2 warga sekitar yang melintas untuk mencari pakan hewan ternak mereka.



Akomodasinya?
pertigaan beringin (pinjam foto dari jogja.mblusuk.com)
Mudah saja, silahkan menuju Bantul kota, sesampai di Bantul Kota, ambil jalan menuju LP Pajangan. Setelah sampai di LP Pajangan lurus aja naik ke perbukitan, nanti akan ketemu simpang 4, sesampai simpang 4 ambil arah ke kiri, ikuti saja jalannya sampai menuju pertigaan yang tengahnya ada pohon beringin, sehabis itu ambil arah kiri dan jalan pelan-pelan sampai menemukan jalan masuk kampung di kiri jalan, pas di depan jalan masuk itu ada gardu ronda. Masuk saja ke jalan itu, dan ikuti jalannya sampai ada tikungan, pas di tikungan itu lihat ke arah kanan dan di situlah letak Bukit Sendangsari.

Oh iya tempat ini juga dekat dengan Sendang Ngembel dan Curug Banyunibo


kawan-kawan dari SPSS yang pernah singgah (foto pinjam dari  jogja.mblusuk.com)